asuhan masa persalinan
B. Persalinan
1. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37
minggu ) tanpa disertai adanya penyulit ( Wiknjosastro, 2008: 37).
Partus adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar. ( Wiknjosastro, 2002: 180).
Tahap pertama persalinan dimulai
dengan kontraksi yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. (
Bobak, 2004:301)
Proses persalinan adalah saat yang
menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Pada kebanyakan
wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan
dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan dan berakhir ketika
wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan
untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya
dicapai hasil yang optimal bagi semua yang terlibat. (Bobak, 2004:301)
- 2. Sebab-sebab mulainya persalinan
Menurut Wiknjosastro (2002:18), sebab
– sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang
kompleks. Perubahan-perubahan dalam bioikimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara lain :
- a. a. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
Seperti diketahui progesterone
merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunya kadar kedua hormone ini
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
- b. Pengaruh prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan
dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.
- c. Plasenta Menjadi Tua
Plasenta menjadi tua dengan tuanya
kehamilan. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun.
Keadaan uterus yang terus membesar
dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus merupakan faktor yang
dapat mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi.
- d. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Hal ini dikemukakan oleh Hippocrates
untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan adalah tekanan pada ganglion
servikale dari Flexus Frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila
ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
Uraian tersebut diatas adalah hanya
sebagian dari banyak faktor-faktor kompleks sehingga his dapat
dibangkitkan.Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula di
mulai (induction of labor) misalnya :
1) Merangsang pleksus
Frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis
servikalis
2) Pemecahan ketuban
3) Penyuntikan oksitosin
(sebaiknya dengan jalan infus intravena), pemakaian prostaglandindan sebagainya
Dalam hal mengadakan induksi
persalinan perlu diperhatikan bahwa serviks sudah matang (serviks sudah pendek
dan lembek), dan kanalis servikalis terbuka untuk satu jari. Untuk menilai
serviks dapat juga di pakai Skor Bishop, yaitu bila Bishop lebih dari 8,
induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Tabel
2.13
Skor
Bishop
Faktor
|
Nilai
|
Ket
|
|||
0
|
1
|
2
|
3
|
||
Pembukaan serviks
|
0
|
1-2
|
3-4
|
≥ 5
|
Pembukaan adalah ukuran diameter
leher rahim yang teregang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama kerja.
|
Pendataran serviks (%)
|
0-30
|
40-50
|
60-70
|
≥ 80
|
Pendataran adalah ukuran regangan
sudah ada di leher rahim. Hal ini dianalogkan dengan meregangkan karet
gelang; sebagai karet ditarik lebih jauh, hal itu menjadi lebih kurus. Hal
ini dipengaruhi oleh variasi individu dan operasi sebelumnya seperti loop
eksisi untuk displasia
serviks atau kanker.
|
Penurunan kepala diukur dari
bidang HIII (cm)
|
-3
|
-2
|
-1, 0
|
+1, +2
|
Penurunan Kepala menggambarkan
posisi janin “kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar
8-10cm) sebagai tonjolan tulang. Angka negatif menunjukkan bahwa kepala lebih
dalam, di atas punggung iskiadika.
|
Konsistensi serviks
|
Keras
|
Sedang
|
Lunak
|
-
|
Dalam primigravida leher rahim perempuan biasanya lebih keras dan tahan
terhadap peregangan, seperti sebuah balon yang belum sebelumnya meningkat.
Lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh daripada wanita yang
lebih tua. Dengan pengiriman berikutnya leher rahim vagina menjadi kurang
kaku dan memungkinkan untuk pelebaran pada jangka lebih mudah.
|
Posisi serviks
|
Kebelakang
|
Searah sumbu jalan lahir
|
Kedepan
|
-
|
Posisi leher rahim perempuan bervariasi
antara individu. Sebagai lokasi anatomi vagina sebenarnya menghadap ke bawah,
anterior dan posterior lokasi relatif menggambarkan batas atas dan bawah dari
vagina.. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu ada
kemungkinan peningkatan kelahiran spontan.
|
- 3. Tahapan persalinan
- Kala I (Kala Pembukaan)
Proses membukanya servik sebagai
akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
1) Fase laten (stadium saat
tubuh ibu mulai menuju persalinan) : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3
fase lagi, yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi : pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis.
Baru kemudian ostium uteri ekstertum membuka. Pada multigravida ostium uteri
internum sudah sedikit terbuka. ( Wiknjosastro, 2002: 183).
Bidang-bidang Hodge :
- Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul dengan bagian atas simpisis dan promontorium.
- Hodge II : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis.
- Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I dan II terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.
- Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I, II dan III terletak setinggi os coccygis
(Wiknjosastro, 2002 : 110)
Ketuban akan pecah sendiri ketika
pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan
ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah
sebelum mencapai pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini.
Pada primigravida kala I berlangsung
kira – kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira – kira 7 jam. (Wiknjosastro,
2002 : 183)
- Kala II ( pengeluaran )
Pada kala II his menjadi lebih kuat
dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal
ini kepala janin sudah masuk ruang panggul, yang secara reflektoria menimbulkan
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his.
Bila dasar panggul sudah
berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his dan dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah
simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,
his mulai lagi mengeluarkan badan dan anggota bayi. Para primigravida kala II
berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 jam. (
Wiknjosastro, 2002: 184).
- c. Kala III ( kala uri plasenta )
Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dengan fundus uterus agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah.
( Wiknjosastro, 2002: 185).
- Kala IV
Mulai dari lahirnya prasenta dan
lamanya 1 jam. Dalam kala itu diamati, apakah tidak terjadi perdarahan
postpartum. ( Wiknjosastro, 2002: 186).
4. Tanda –tanda persalinan
- a. Tanda Persalinan Sudah Dekat
1) Lightening
yang mulai dikira – kira dua minggu sebelum persalinan, dalah penurunan bagian
persentasi bayi ke dalam pelpis minor. Wanita sering disebut lightening sebagai
kepala bagian sudah turun, namun hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang
lain akibat tekanan bagian persentasi diarea pelvis minor.
Hal hal yang spesifik berikut
ini akan dialami ibu:
a) Ibu jadi sering berkemih
karena kandung kemih ditekan untuk ekspansi berkurang
b) Perasaan tidak nyaman
akibat tekanan panggul yang menyeluruh yang membuat ibu tidak nyaman.
c) Kram pada tungkai,
disebabkan oleh tekanan bagian persentasi pada saraf melalui foramen iskiadikum
mayor menuju tungkai.
d) Peningkatan stasis vena
yang menghasilkan edema akibat persentasi pelpis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstermitas bawah.
2) His Permulaan ( Palsu)
Sifat dari his palsu terdiri dari
kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan pada
serviks. Persalinan palsu ini dapat terjadi berhari – hari bahkan tiga atau
empat minggu sebelum persalinan sejati. Sifatnya his pendahuluan ini tidak
teratur yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah. Lamanya kontraksi
pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan malah sering berkurang.
(Varney, 2006:673)
- b. Tanda persalinan
1) Terjadi his persalinan
His persalinan mempunyai sifat nyeri
yang di sebabkan oleh kontraksi dari otot – otot rahim yang fisiologis. Nyeri
karena disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot waktu kontraksi,
perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang ditentukan
oleh keadaan jiwanya, kontraksi rahim bersifat: Lamanya kontraksi berlangsung
45 detik sampai 75 detik. Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan
intrauterin sampai 35 mmHg. Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam
10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit. Perubahan serviks juga
terjadi akibat intensitas Braxon hicks. (Varney, 2006:673)
2) Terjadinya pengeluaran lender
bercampur darah
Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lender bercampur darah
yang lengket dan harus dibedakan dari perdarahan murni. Hal ini merupakan tanda
persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam. (Varney,
2006:674)
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi
persalinan
- a. Passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta)
Passenger atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor, yakni: ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin.
1) Ukuran kepala janin
Karena ukuran dan sifatnya yang
relative kaku, kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak
janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang
frontal, dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa:
sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan frontalis.
Rongga yang berisi membran ini
disebut fontanel, terletak di tempat pertemuan sutura-sutura tersebut.Dua
fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior. Fontanel yang
lebih besar, yakni fontanel anterior, berbentuk seperti intan dan terletak pada
pertemuan sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis.
Fontanel menutup pada usia 18 bulan.
Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua tulang parietal dan satu
tulang oksipital dan berbentuk segitiga. Fontanel ini menutup pada usia 6
sampai 8 minggu.
A
B
GBR 2-4 Kepala janin pada aterm A
Tulang dan B Suture dan fontanel.
Sutura dan fontanel membuat
tengkorak fleksibel, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang
beberapa lama setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi, karena belum menyatu
dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang tindih. Hal ini disebut molase,
struktur kepala yang terbentuk selama persalinan. Kemampuan tulang untuk saling
menggeser memungkinkannya beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.
2) Presentasi janin
Presentasi adalah bagian janin yang
pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi utama ialah kepala (kepala lebih
dahulu), 96%;sungsang (bokong lebih dahulu, 3%;dan bahu,1%.
|
|
|
GBR 2-5 Presentasi janin a
presentasi bokong, b presentasi kepala, dan c presentasi bahu.
3) Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu
panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam
letak :
a) Memanjang atau
vertical, dimana subu panjang janin pararel dengan sumbu panjang ibu
b) Melintang atau
horizontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu panjng
ibu.
Letak memanjang dapat berupa
presentasi kepala atau presentasi sacrum (sungsang). Presentasi ini tergantung
pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
4) Sikap janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh
janin yang satu dengan bagian yang lain.Pada kondisi normal punggung janin
sangat fleksi, kepala fleksi kea rah dada, danpaha fleksi kea rah sendi
lutut.Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak
dilahirkan.
Diameter biparietal ialah diameter
lintang terbesar kepala janin. Kepala yang berada dalam sikap fleksi sempurna
memungkinkan diameter sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki
panggul sejati dengan mudah.
5) Posisi janin
Posisi adalah hubungan antara bagian
presentasi (osiput, sacrum, mentum [dagu], sinsiput [puncak kepala yang
defleksi/menengadah]) terhadap 4 kuadran panggul ibu.
Engagement menunjukan bahwa diameter transversa terbesar bagian
presentasi telah memasuki pintu atas panggul atau panggul sejati.
Stasiun adalah hubungan antara
bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik dari
spina iskiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam sentimeter, yakni diatas atau
dibawah spina. Contohnya, jika bagian presentasi berada 1 cm di atas spina,
maka stasiun bagian presentasi tersebut adalah -1. Apabila bagian presentasi
setinggi spina, maka stasiunnya adalah 0.
- b. Jalan lahir ( passage )
Jalan lahir terdiri dari panggul
ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus
(lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggull, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relativ kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan di mulai. Empat jenis panggul dasar
dikelompokan sebagai berikut ini :
1) Ginekoid (tipe
wanita klasik)
2) Android (mirip
panggul pria)
3) Anthropoid
(mirip panggul kera anthropoid)
4) Platipeloid (
panggul pipih
GBR 2-6 Jenis panggul
Panggul ginekoid adalah bentuk yang
paling sering ditemui, bentuk panggul ginekoid dimiliki oleh 50% wanita.
Jaringan lunak
Jaringan lunak pada jalan lahir
terdiri dari bawah segmen uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar
panggul, vagina, dan introitus vagina (lubang luar vagina). Saat persalinan dimulai,
kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni
bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif dan
berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini.
- c. Kekuatan
1) Kekuatan primer
Kontraksi involunter berasal dari
titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot disegmen uterus
bagian atas. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontrasi involunterini
adalah frekuensi (waktu antara kontraksi yaitu, waktu antara awal suatu
kontraksi dan awal kontraksi berikutnya); durasi (lamanya kontraksi);
dan intensitas (kekuatan kontraksi).
Effacement (penipisan) serviks
adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan.
Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2-3 cm dan tebal
sekitar 1 cm, terangkat keatas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus
selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.
Pada kehamilan aterm pertama, effacement
biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi. Pada kehamilan berikutnya,
effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.tingkat effacement
dinyatakn dalam 0%-100%.
Dilatasi serviks adalah pembesaran
atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan.
Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap.
2) Kekuatan
sekunder
Segera setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong
keluar. Wanita mersa ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah ( kekuatan
sekunder) di bantu dengan usaha volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat
buang air besar.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi srviks lengkap kekuatan ini cukup
penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.
- d. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi
anatomis dan fisiologi persalinan. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk
membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih
cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurang insiden penekanan tali
pusat.
Apabila ibu mengedan pada posisi
duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron dengan kontraksi
rahim.
- e. Psikis (psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan
hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan
sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya.
Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap
sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
6. Perubahan fisiologis
persalinan
- a. Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400ml darah
dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama
persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persainan.
- b. Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan
peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi
dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan
hipokapnea (karbon diksida menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika wanita
tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hamper dua kali
lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaan oksigen.
- c. Perubahan pada ginjal
Selama persalinan, wanita dapat
mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan :
edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan
rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respon
rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
- d. Perubahan integumen
Adaptasi system integument terlihat
jelas khususnya pada daya distensibilitas daerah intoitus vagina (muara
vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu.
Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil
pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomy atau
tidak terjadi laserasi.
- e. Perubahan muskuloskeletal
Sistem musculoskeletal mengalami
stress selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria +1, dan
kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang
menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)
terjadi sebagai akibat semakin regangnya sendi pada masa aterm. Proses
persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan
kram tungkai.
- f. Perubahan neurologi
System neurologi menunjukan bahwa
timbul stress dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Perubahan sensoris
terjadi saat wanita masuk ketahap pertama persalinan dan saat masuk kesetiap
tahap berikutnya. Mula-mula ia ungkin merasakan euphoria. Euphoria membuat
wanita menjadi serius dan kemudian mengalami amnesia diantara traksi selama
tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah
melahirkan. Endorphin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh
secara aalami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu,
anesthesia fisiologis jaringan perineum, yang ditimbulkan bagian presentasi,
menurunkan persepsi nyeri.
- g. Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi system
saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita sering kali merasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah besalin. Mual dan sendawa juga
terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat
mengalami diare pada awal persalinan.
- h. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama
persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar
progesterone dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan oksitosin.
Metabolism meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses
persalinan.
(Bobak,2004: 249-250)
- 7. Perubahan psikologis persalinan
- a. Kala I
Pada ibu primi bahkan multi
terkadang bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak
memberi perhatian pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau
perasaan aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan tidak
enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa pun
dalam waktu lama).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup
tinggi; pada tahap aktif, ibu menjadi serius, diam, dan sibuk dengan kontraksi.
Seorang wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat
menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan. Kesadaran ini
kadang disebut “saat menerima kebenaran yang mencerminkan semacam krisis,
dimana ibu menyadari tidak dapat mengendalikan proses persalinan. (Simkin
Penny, Dkk, 2008: 187-196)
- b. Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke
kala II ditandai dengan sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang
harus dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan salah satu
aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya merasakan desakan mengejan dirasa
mengganggu dan menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi
peralihan kala I ditandai dengan rasa nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang,
dapat berpikir jernih kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali
orang-orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama
dengan persalinannya melalui gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi
yang membantu pelahiran. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 204)
- c. Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa
tenang yang singkat; kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu
melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-kadang
mengalami kram yang hebat. Atau sebaliknya, perhatian ibu tercurah seluruhnya
pada bayi sehingga hampir tidak menyadari terjadinya tahap ketiga ini. (Simkin
Penny, Dkk, 2008: 211-212)
d. Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh
cinta dan merupakan tahapan yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada
tahap ini ibu akan merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan
rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya ibu
membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap kenyataan bahwa dia
tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak hamil dan sudah menjadi
seorang ibu. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 215)
- 8. Kebutuhan dasar ibu bersalin
Kebutuhan dasar ibu hamil adalah
mengenai asuhan sayang Ibu yaitu asuhan yang menghargai budaya kepercayaan dan
keinginan sang ibu.
Beberapa prinsip dasar asuhan saying
ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. (APN. 2007: 1 – 6).
- Panggil sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
- Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
- Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
- Ajukan ibu untuk bertanya dan membicarakan ketakutan ataupun kekhawatirannya.
- Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
- Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tetntramkan hati ibu beserta anggota-anggota keluarganya.
- Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama kelahiran dan persalinan bayi.
- Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
- Secara konsisten lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik.
- Hargai privacy ibu.
- Anjurkan ibu untuk mencoba berbgai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
- Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia mau.
m. Hargai dan perbolehkan
praktek-praktek tradisional yang tidak berbahaya.
- Hindari praktek-praktek yang tidak perlu dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma.
- Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
- Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
- Siapkan rencana rujukan.
- Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dengan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang sesuai yang sudah siap sedia. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.(Wiknjosastro, 2008 : 12).
- 9. Ketidaknyamanan persalinan
Tabel
2.14
Ketidaknyamanan
persalinan persalinan berdasarkan kala
Kala
|
Ketidaknyamanan
|
Kala I
|
|
Kala II
|
|
Kala III
|
|
Kala IV
|
|
(Varney H, dkk. 2008: 827)
- 10. Tanda bahaya persalinan
Apabila didapati alah satu atau
lebih penyulit seperti berikut :
Tabel
2.15
Perencanaan
asuhan bila terjadi penyulit pada persalinan
Temuan-temuan
anamnesis
dan/pemeriksaan
|
Rencana
untuk Asuhan atau Perawatan
|
Riwayat bedah sesar
|
|
Perdarahan per vaginam selain
lendir bercampur darah
|
Jangan lakukan pemeriksaan dalam\
|
Kurang dari 37 minggu (persalinan
kurang bulan)
|
|
Ketuban pecah disertai dengan
keluarnya mekonium kental
|
|
Ketuban pecah dan air ketuban
bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin
|
|
Ketuban pecah (lebih dari 24 jam)
atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
|
|
Tanda-tanda atau gejala infeksi:
|
|
Tekanan darah lebih dari 160/110
dan/ terdapat protein dalam urin (preeklampsia berat)
|
|
Tinggi fundus 40 cm atau lebih
(makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda)
|
Alasan: jika diagnosisnya adalah
polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinnya. Makrosomia
dapat menyebabkan distosia bahu dan risiko tinggi untuk perdarahan pascapersalinan.
|
DJJ kurang dari 100 atau lebih
dari 180x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
|
|
Primipara dalam fase aktif kala
satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5
|
|
Presentasi bukan belakang kepala
(sunsang, letak lintang, dll)
|
|
Presentasi ganda (majemuk) (adanya
bagian lain dari janin, misalnya: lengan atau tangan, bersamaan dengan
presentasi belakang kepala)
|
|
Tali pusat menumbung (jika tali
pusat masih berdenyut)
|
|
Tanda dan gejala syok:
|
|
Tanda dan gejala fase laten
berkepanjangan:
|
|
Tanda dan gejala belum in partu:
|
|
Tanda dan gejala partus lama:
|
(Wiknjsastro:2008:46-49).
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan
untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B
(Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri
dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A (Alat)
: Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,
masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi,dll)
bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K
(Keluarga) : Beritahu
ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan
bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke
fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S (Surat)
: Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mangenai ibu dan bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan
uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan bayi
baru lahir. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan
klinik.
O (Obat)
: Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas
rujukan. Obat-obatan trsebut mungkin diperlukan selama di perjalanan.
K (Kendaraan): Siapkan kendaraaan yang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup
baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U
(Uang)
: Ingatkan pada keluarga agar membawa
uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan
bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir
tinggal di fasilitas rujukan. (Wiknjosastro, 2008:36)
- 11. Pemeriksaan awal persalinan
- a. Anamnesis
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan
informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan,yang harus
ditanyakan pada ibu diantaranya:
1) Nama, umur dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir
4) Kapan bayi akan lahir
(menurut taksiran ibu)
5) Riwayat alergi obat-obatan
tertentu
6) Riwayat kehamilan sekarang
7) Riwayat kehamilan
sebelumnya
8) Riwayat medis lainnya
9) Masalah medis saat ini
10) Pertanyaan tentang
hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya
- b. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah
untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan ibu
bersalin. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
1) Cuci tangan sebelum memulai
pemeriksaan fisik
2) Tunjukan sikap ramah dan
sopan
3) Minta ibu menarik
nafas perlahan jika ia merasa tegang
4) Meminta ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya
5) Nilai kesehatan dan keadaan
umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri kontraksi, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh
6) Nilai tanda-tanda vital ibu
( TD, Nadi, suhu, dan pernafasan)
7) Lakukan pemeriksaan abdomen
yang berguna untuk:
a)
Menentukan tinggi fundus uteri
b) Memantau
kontraksi uterus
c) Memanatau
denyut jantung janin
d)
Menentukan presentasi
e)
Menentukan penurunan bagian terendah janin
8) Lakukan pemeriksaan dalam
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tutupi badan ibu sebanyak
mungkin dengan sarung atau selimut
b) Minta ibu untuk berbaring
telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
c) Gunakan sarung tangan DTT
atau steril saat melakukan pemeriksaan
d) Gunakan kassa atau gulungan
kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik
e) Periksa genitalia eksterna,
apakah ada luka atau masa termasuk kondilomata, varikositas vulva
atau rectum atau luka parut di perineum
f) Nilai cairan vagina
dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam, atau
mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan
labium mayus dengan jari manis dan ibu jari, masukan jari telunjuk dan jari
tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari sampai
pemeriksaan selesai dilakukan
h) Nilai vagina
i) Nilai pembukaan
dan penipisan servix
j) Pastikan tali
pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki)
tidak teraba saat melakukan pemeriksaan dalam.
k) Nilai penurunan bagian
terbawah janin dan tentuka bagian
terbawah tersebut telah
masuk ke dalam rongga panggul.
l)
Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau
fontanel magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan
atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir
m) Jika
pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan sarung
tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi
secara terbalik dan rendam ke dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
n) Cuci kedua tangan dan
keringkan dengan handuk bersih dan kering.
- o) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
p) Jelaskan hasil-hasil
pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.
- c. Mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan
telah lengkap:
1) Catat semua hasil
pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap
2) Gunakan informasi
yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan fase
persalinan.
3) Tentukan ada atau
tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksanakan secara khusus
4) Setiap kali selesai
melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut.
Jelaskan temuan, diagnosis dan
rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga mereka mengerti
tentang tujuan asuhan yang akan diberikan. (Wiknjosastro, 2008:38-45)
- 12. Asuhan persalinan normal
a. Mengenali gejala dan tanda Kala
II
1) Mendengar dan melihat
adanya tanda persalinan Kala II
a) Ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang
semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva – vagina dan sfingter
ani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan,
bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tempat datar dan ekras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt denga jarak 60 cm dari
tubuh bayi.
a) Menggelar kain diatas perut
ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b) Menyiapkan oksitosin 10
unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam paetus set
3) Memakai celemek plastik
4) Melepaskan dan menyimpan semua
perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
5) Pakai sarung tangan DTT pada
tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6) Masukan oksitosin ke dalam
tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik ).
c. Memastikan pembukaan lengkap
& keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva dan perineum,
menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina,
perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama, dari arah
depan ke belakang.
b) Buang kapas atau kasa
pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c) Ganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% _
langkah # 9).
8) Lakukan periksa dalam untuk
memastikan pembukaan lengkap.
a) Bila selaput
ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan
dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10) Periksa denyut jantung janin (
DJJ ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal ( 120-160x/menit ).
a) Mengambil tindakan yang
sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta suhan
lainya pada partograf.
d. Menyiapkan ibu & keluarga
untuk membantu proses bimbingan meneran.
11) Beritahukan bahwa pembukaan
sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginanya.
a) Tunggu hingga timbul rasa
ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedomaan penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota
keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar.
12) Minta keluarga membantu
menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi
yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Laksanakan bimbingan meneran
saat ibu meras ada dorongan kuat untuk meneran :
a) Bimbing ibu agar dapat
meneran secara benar dan efektif
b) Dukungan dan beri semangat
pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi
yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu
yang lama).
d) Anjurkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi.
e) Anjurkan keluarga memberi
dukungan dan semangat untuk ibu.
f) Berikan cukup asupan
cairan per-oral ( minum ).
g) Menilai DJJ setiap
kontraksi uterus selasai.
h) Segera rujuk jika bayi
belum atau tidak akan segera lahir setelah setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14) Anjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
e. Persiapan pertolongan kelahiran
bayi
15) Letakan handuk bersih
(untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakan kain bersih yang
dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan
perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT
pada kedua tangan
f. Persiapan pertolongan
kelahiran bayi
Lahirnya kepala
19) Setelah tampak kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bermafas cepat dan dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya
lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit
leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit
leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut.
21) Tunggu kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala
melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan lengan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir,
penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tunkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki ibu jari dan jari-jari lainya ).
Penanganan bayi baru lahir
25) Lakukan penilaian (
selintas )
a) Apakah bayi menangis kuat
dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan
aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak
bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi ( lanjut ke langkah
resusitasi pada afiksia bayi baru lahir ).
26) Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas
perut ibu.
27) Periksa kembali uterus
untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus ( hamil tunggal ).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit
setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM ( intramuskuler ) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin ).
30) Setelah 2 menit pasca
persalinan, jepit tali pusat kira-kira 3 cm dari pusar bayi. Mendorong tali isi
pusat ke arah distal ( ibu ) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan
tali pusat
a) Dengan satu tangan, pegang tali
pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi ), dan lakukan pengguntingan
tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan
benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukan
dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakan bayi agar kontak
kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
payudara ibu.
33) Selimuti ibu bayi dan bayi
dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan
kontak kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a) Sebagian besar bayi akan
melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung secara 10-15 menit. Bayi ini cukup menyusu pada satu
payudara.
b) Biarkan bayi berada di dada
ibu selama 1jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Penatalaksanaan aktif persalinan
kala tiga
34) Pindahkan klem tali pusat
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Letakan satu tangan pada
kain diatas perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
mengangkat tali pusat.
36) Setelah uterus
berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas ( dorso-krainal ) secara hati-hati (
untuk mencegah inversio uteri ). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur diatas.
a) Jika uterus
tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta
37) Lakukan penegangan
dan dorongan dorso-krainal hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik Tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir.
Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat :
a) Beri dosis ulangan
oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan katerisasi (
aseptik ) jika kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk
melakukan rujukan
d) Ulangi penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya
e) Jika plasenta tidak lahir
dalam 30 menit setelah bayi lahir atau terjadi pendarahan, segera lakukan
plasenta manual.
38) Saat plasenta muncul di
introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a)Jika selaput ketuban robek, pakai
sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil ( masase ) uterus
39) Segera setelah plasenta
dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi ( fundus teraba keras )
a) Lakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
Menilai pendarahan
40) Periksa kedua sisi
plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan
utuh. Masukan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41) Evaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menimbulkan
pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan
pendarahan aktif, segera lakukan penjahitan
Melakukan prosedur pasca persalinan
42) Celupkan kedua tangan yang
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut
dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
43) Pastikan uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44) Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45) Evaluasi dan estimasi
jumlah kehilangan darah.
Evaluasi
46) Lanjutkan pemantauan
kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam :
a) 2-3 kali dalam
15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit
pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) Setiap 20-30
menit pada jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47) Bersihkan ibu dengan air
DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
48) Pastikan ibu merasa
nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkanya.
49) Dekontaminasi tempat
bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
50) Tempatkan senua peralatan
bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi ( 10 menit ). Cuci
Dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
51) Buang buah-buahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52) Celupkan sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
53) Cuci kedua tangan dengan
sabun dan air mengalir.
54) Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibioik profilaksis, dan vitamin
K1, Img intramuskular di paha kiri anterorateral.
55) Setelah satu jam,
pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterrolateral.
a) Letakan bayi di
dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
b) Letakan kembali
bayi pada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
56) Memeriksa nadi ibu dan
keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan :
a) Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
57) Periksa kembali bayi untuk
pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik ( 40-60 kali/menit ) serta suhu tubuh
normal ( 36,5-37,5 ).
Dokumentasi
58) Lengkapi partograf (
halaman depan dan belakang ), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. (APN,
2008)
- 13. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk
memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
- Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan mendikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan dengan tepat dan
konsisten, partograf akan membuat penolong persalinan untuk:
- Mencatat kemajuan persalinan
- Mencatat kondisi ibu dan janin
- Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
- Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
- Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
- A. Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan
Fase laten: pembukaan serviks
kurang dari 4 cm. Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan
harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajan
persalinan maupun dikartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus
dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua
asuhan dan intervasi juga harus dicatatkan. Fase aktif : pembukaan serviks dari
4 sampai 10 cm
Kondisi ibu dan bayi juga harus
dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
- Denyut jantung janin: setiap ½ jam diberi tanda ( • )
- Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
1) U : Selaput Utuh
2) J : Selaput pecah, air
ketuban Jernih
3) M : Air Ketuban bercampur
Mekonium
4) D : Air Ketuban bernoda
Darah
- Perubahan bentuk kepala janin (moulage)
1) 0 : sutura
terpisah
2) 1 : sutura (
pertemuan dua tulang tengkorak ) yang
tepat/ bersesuaian
3) 2 : sutura
tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
4) 3 : sutura
tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
- Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap pemeriksaan pervaginam dan diberi tanda silang (X).
|
- Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam-1 jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik:
-
|
Kurang dari 20 detik diberi tanda
-
Antara 20 – 40 detik diberi tanda
-
Lebih dari 40 detik diberi tanda
- Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen) di atas symphisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.
- Oksitosin. Bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
- Obat yang di berikan. Cata semua obat lain yang diberikan
- Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (●).
- Tekanan Darah. Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
- Suhu Badan. Catatlah setiap 2 jam.
- Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam.
( Wiknjosastro, 2002 )
- B. Pencatatan selama fase aktif persalinan: partograf
Halaman depan partograf
menginstruksikan observasi dimulai pada aktif persalinan dan menyediakan lajur
dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,
yaitu:
Informasi tentang ibu
- Nama, umur;
- Gravida, para, abortus;
- Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
- Waktu pecahnya selaput ketuban
Kondisi janin:
- DJJ;
- Warna dan adanya air ketuban;
- U
: Selaput ketuban masih utuh
- J
: Selaput ketuban sudah pecah dan ketuban jernih
- M
:Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
- D
: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
- K
: Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir
lagi (kering)
- Penyusupan (molase) kepala janin
Kondisi persalinan:
- Pembukaan serviks
- Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
- Garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
- Waktu mulai fase aktif persalinan’
- Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
- Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit;
- Lama kontraksi (dalam detik).
Obat-obatan dan cairan yang
diberikan:
- Oksitosin;
- Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi ibu:
- Nadi, tekanan darah dan temperature suhu;
- Urin (volume, aseton, atau protein).
- C. Asuhan , pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan). Mencakup:
- Jumlah cairan per oral yang diberikan
- Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
- Konsultasi dengan penolong lainnya (obgin, bidan, dokter umum)
- Persiapan sebelum melakukan rujukan
- Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan.
- D. Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan
bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala
IV dan bayi baru lahir. Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur
berikut:
- Data atau informasi umum
- Kala I
- Kala II
- Kala III
- Bayi baru lahir
- Kala IV
(Wiknjosastro, 2008:55-64)
- 14. Diagnosa persalinan
Diagnosis persalinan yaitu
menentukan sudah dalam persalinan (inpartu) atau belum yang ditandai dengan adanya
tanda-tanda:
- Pembukaan serviks > 3 cm
- His adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik).
- Keluar lendir campur darah dari vagina
Kemajuan persalinan normal dilihat
dari partograf apakah sesuai atau tidak, apabila kemajuan persalinan tidak
sesuai dengan partograf (melewati garis waspada) maka persalinan tersebut
dinilai bermasalah. (Saifudin, 2006:108)
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan yang dapat
hidup. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar,
berat janin < 500 gram dan usia kehamilan < 20 minggu (Sarwono, 2005:
180).
Pembagian Waktu Persalinan yaitu: Kala
I Persalinan; dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm),
kala ini dibagi 2 yaitu fase laten, pembukaan 1-3 cm dan fase aktif pembukaan
4-10 cm. Kala II Persalinan; dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala Ketiga Persalinan. Kala
III; persalinan dimulai segera setelah kelahiran bayi sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala IV; mulai
dari lahirnya plasenta sampai 2 jam. (Saiffudin, 2006: 101)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar