Rabu, 11 Maret 2015

ARTIKEL SULIT MAKAN PADA ANAK



NAMA           : IFADHATUL MUNAWARAH RIZKI
NIM                : 20130661057

KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Pada bayi dan anak sehat makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana yaitu mengkonsumsi makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber semua jenis zat-zat gizi yang diperlukan. Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu.
Jika dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, makan merupakan pendidikan agar anak
terbiasa kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu. Bagi anak makan merupakan perilaku yang kompleks dengan keterampilan yang harus dipelajari secara bertahap. Diawali dengan menyusu, kemudian secara bertahap belajar mengkonsumsi berbagai jenis makanan
tambahan dan selanjutnya berbagai ragam makanan lain yang biasa dikonsumsi oleh anak maupun orang dewasa.
Di samping itu anak belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan
makan, antara lain pengaturan jadwal waktu makan. Makan yang teratur
diperlukan untuk membina refleks kebiasaan pada saluran pencernaan agar
lebih siap untuk menerima, mencerna dan menyerap makanan pada waktuwaktu
tertentu.




PENGERTIAN KESULITAN MAKAN
Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya :
- Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.
- Makan tidak mau ditelan.
- Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan.
- Penolakan atau melawan pada waktu makan.
- Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika).
- Hanya mau makan jenis tertentu saja.
- Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan.
- Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan.
- Dan keluhan lain.
PENYEBAB KESULITAN MAKAN
Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama. Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Faktor Nutrisi
Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :
- Konsumer pasif : bayi
- Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita
- Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja





a. Pada bayi berusia 0 – 1 tahun
Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan pembinaan/pendidikan makan antara lain :
- Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.
- Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu
dini atau terlambat.
- Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.
- Cara pemberian makan yang kurang tepat.
b. Pada anak balita usia 1 – 5 tahun
Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing
dan sebagainya.
c. Pada anak sekolah usia 6 – 12 tahun
Pada usia ini berkurangnya nafsu makan di samping karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan. Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia
sekitar 10 – 12 tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan sengaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang didambakan. Sebaliknya mungkin terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas.
d. Pada anak remaja usia 12 – 18 tahun
Kesulitan makan pada usia ini biasanya karena faktor kejiwaan
(anoreksia nervosa).




2. Faktor Penyakit / Kelainan Organik
Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya
dikelompokkan menjadi :
a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut
- Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis,
labiognatopaltoschizis, frenulum lidah yang pendek, makroglossi.
- Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.
- Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis
b. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.
- Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum,
penyakit Hirschsprung
- Penyakit infeksi : akut/kronis
- Diare akut, diare kronis, cacingan
c. Penyakit infeksi pada umumnya
- Akut : infeksi saluran pernafasan.
- Kronis : tuberkolosis paru, malaria.
d. Penyakit/kelainan non infeksi
Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :
- Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.
- Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.
- Penyakit keganasan : tumor Willems.
- Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
- Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.
- Penyakit kardiovaskuler.




3. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya
Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang
yang di dalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan. Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang
kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai.
c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam,
mual atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.
d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola
interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.
DAMPAK KESULITAN MAKAN
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A.
Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).


TATA LAKSANA MENGATASI KESULITAN MAKAN
Kesulitan makan merupakan masalah individu anak sehingga upaya mengatasinya juga bersifat individual tergantung dari beratnya dan faktorfaktor yang menjadi penyebab.
Penatalaksanaan kesulitan makan yang berat mencakup 3 aspek yaitu :
1. Identifikasi faktor penyebab
Dapat dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada keadaan yang berat mungkin penyebabnya tidak hanya satu faktor (multi faktorial).
2. Evaluasi tentang faktor dan dampak nutrisi
- Wawancara yang cermat, khususnya riwayat pengelolaan makan, jenis makanan, jumlah makanan yang dikonsumsi, makanan yang disukai dan yang tidak, cara dan waktu pemberian makan, suasana makan dan perilaku makan.
- Pemeriksaan fisik khusus untuk menilai status gizi.
- Pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
- Pemeriksaan kejiwaan bila diperlukan.
3. Melakukan upaya perbaikan
a. Nutrisi
- Memperbaiki gangguan gizi yang telah terjadi.
- Memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian makan, perilaku dan suasana makan.
- Mengoreksi keadaan defisiensi gizi yang ditemukan. Sedapat
mungkin diberikan dalam bentuk makanan, bila tidak mungkin baru diberikan dalam bentuk obat-obatan.
b. Upaya mengobati faktor-faktor penyebab
Keberhasilan mengatasi masalah kesulitan makan juga tergantung kepada keberhasilan upaya mengobati atau melenyapkan factor penyebab baik faktor organik maupun factor psikologis/gangguan kejiwaan. Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya akibat penyakit
stomatitis atau tuberkulosis akan cepat dapat diatasi. Tetapi untuk kesulitan makan yang berat misalnya pada gangguan perkembangan neuromuskuler, kelainan bawaan misalnya kelainan pada bibir sumbing atau celah langit-langit perlu kerjasama dengan keahlian yang terlibat
di antaranya ahli bedah, rehabilitasi medik, psikolog, ahli gizi dan sebagainya.
KOMENTAR:
Menurut ada beberapa pendapat saya  yaitu :
1. Kesulitan makan merupakan gejala ketidak mampuan secara wajar dalam
memenuhi kebutuhan zat gizi.
2. Penyebab kesulitan makan mungkin suatu penyakit tetapi mungkin juga
banyak faktor yang terlibat.
3. Perlu dilakukan upaya gizi yang sesuai untuk memperbaiki dampak
kesulitan makan terhadap gangguan tumbuh kembang dan gangguan gizi.
4. Perlu dilakukan upaya melenyapkan/mengobati penyebabnya.
5. Mungkin diperlukan pendekatan multi disiplin.

ARTIKEL PERKEMBANGAN BALITA



NAMA            : IFADHATUL MUNAWARAH RIZKI
NIM                : 20130661057
Mengenali Perkembangan Balita
1. Mengapa perlu mengenali perkembangan Balita?
Jawabnya sederhana saja yaitu karena Balita merupakan masa permulaan dari
suatu kehidupan manusia. Bila kita mengenali perkembangan Balita maka kita akan mengenali apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita hindarkan agar masa bayi ini berkembang seoptimal mungkin dan dengan demikian akan menjadi dasar yang baik bagi perkembangan manusia dewasa.
2. Apa saja yang berkembang dalam tahun pertama kehidupan Balita?
Pada tahun pertama yang bisa kita amati adalah pertumbuhan fisik.
Pertumbuhan fisik ini berupa pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, yang diikuti oleh pertumbuhan kemampuan bergerak yang lebih luas. Pasa masa ini faktor kematangan biologis sangat berperan, artinya tanpa latihan-latihan yang berarti, bayi akan menguasai gerakan-gerakan tertentu (misal : tengkurap, duduk, merangkak dan lain sebagainya).
Dalam hal ini faktor gizi sangat memegang peranan penting. Selain
pertumbuhan fisik dan motorik, kita temui juga munculnya bahasa yang dasar yaitu berupa bunyi-bunyian yang tidak terarah. Bahasa kerennya adalah babbling, ini karena anak sering menyebutkan “ ba.. ba… ba.. “ dan terjadi sebelum anak berusia 6 bulan. Babbling inipun banyak ditentukan oleh kematangan (perkembangan biologis) dan ditentukan oleh faktor pengalaman. Jadi selain karena kematangan fisik, seringnya anak bertemu dengan orang yang merangsang untuk babbling akan menentukan munculnya babbling ini. Selain mengeluarkan bunyi-bunyian, anak usia dibawah saut tahun mengembangkan kemampuan persepsi. Walaupun bayi itu tidak dapat menjangkau, belum dapat merangkak at au bicara, bayi bisa melihat, mendengarkan, meraba dan membaui. Proses persepsi yang paling menarik pada bayi adalah apa sebenarnya yang menyita perhatian bayi. Dari penelitian ditemukan bahwa bayi yang sangat mudah bereaksi bila ia dihadapkan pada stimulus-stimulus baru, atau bila padanya diperdengarkan musik atau bila ia mengecap sesuatu rasa yang baru baginya.
Suatu eksperimen juga mengungkapkan bahwa bayi dilahirkan dengan suatu kecenderungan alamiah yaitu bereaksi pada situasi–situasi yang berubah.
Sebagai contoh, bayi akan sangat tertarik pada warna hitam dengan latar belakang putih yang bergerak-gerak. Hal ini agaknya yang merupakan dasar
bagi terbentuknya komunikasi dengan pengasuh (karena anak tertarik pada mata pengasuh yang bergerak).
Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa ingatan (memory) pada bayi mulai
meningkat secara berangsur-angsur sejak ia berusia 8 bulan. Kemampuan
mengingat ini merupakan dasar pembentukan pengertian dan pemikiran
baginya.
Dalam membicarakan hal-hal yang umum terjadi pada bayi kiranya kita perlu
juga mengetahui bahwa ada ha-lhal yang sifatnya individual, yaitu temperamen. Penelitian mengungkapkan bahwa setiap bayi mempunyai temperamen yang berbeda-beda. Ada bayi yang temperamennya mudah. Mereka pada umumnya periang, mempunyai pola tidur yang terat ur,
mempunyai minat dan perhatian pada situasi baru dan mudah menyesuaikan
diri pada perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Kelompok ke-2 adalah bayi yang temperamennya sulit. Pada umumnya kebiasaan tidur, makan, serta buang air tidak teratur, sering murung, sering menarik diri bila menghadapi orang baru atau situasi baru dan marah bila mengalami frustasi.
Kelompok ke-3 adalah bayi yang temperamennya lamban menyesuai, mereka
cenderung kurang aktif dan pendiam dan cenderung menarik diri pada saat
pertemuan pertama. Tetapi bila diberi kesempatan yang agak lama bayi akan mampu menyesuaikan diri dan bisa melakukannya dengan baik. Temperamen bayi sebenarnya banyak ditentukan oleh faktor biologis, tetapi
faktor lingkungan bisa mempengaruhi perkembangan temperamen.
3. Perkembangan yang terjadi pada tahun kedua Balita
Pada usia 2 tahun anak mengalami pertumbuhan badan yang cepat, ukuran tubuhnya menjadi jauh lebih besar sedangkan kemampuan motoriknya pun makin bertambah. Struktur dan ukuran tulang berubah demikian pula proporsi tubuh mengalami perubahan. Setelah anak mampu melakukan kegiatan motorik dasar (jalan, menaiki tangga, melempar bola dan lain sebagainya),
maka diperlukan latihan-latihan untuk menyempurnakan gerak yang telah dikuasai. Ketrampilan-ketrampilan motorik ini memungkin anak lebih aktif dan memungkinkan anak lebih mandiri.

Pada tahun ke-2 ini, perkembangan bahasa menjadi sangat menarik bagi anak.
Melalui interaksinya dengan orang lain anak mendengarkan berbagai kata baru dan berbagai bentuk kalimat baru yang kemudian digunakan sebagai kata dan kalimatnya sendiri. Perkembangan perbendaharaan anak membuka suatu cakrawala pemikiran baru, dan bersamaan dengan berkembangnya bahasa anak berkembang pula pemikiran–pemikiran serta pemahaman-pemahaman baru mengenai dunia lingkungannya. Disini terlihat bahwa perkembangan
bahasa sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran dan pengertian anak.
Bertambahnya pengertian pada anak memungkinkan anak mengenali peraturan-peraturan mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, memungkinkan anak mulai mengenali apa yang baik dan apa yang buruk. Proses mengenali a turan-aturan yang berlaku dalam lingkungannya ini yang sering disebut Proses Sosialisasi.
Proses Sosialisasi bisa berlangsung melalui 2 cara yaitu :
(1) Orangtua menggunakan hadiah atau hukuman sebagai suatu cara
membentuk tingkah laku anak.
(2) Orang tua atau orang dewasa lainnya atau anak yang lebih besar, secara
tidak langsung berperan sebagai contoh. Melalui observasi tingkah laku
dari orang-orang tertentu ini anak mempelajari tingkah laku mana yang
diperbolehkan dan tingkah laku mana yang tidak diperbolehkan.
4. Perkembangan yang terjadi pada usia prasekolah
Pada usia 3 hingga 5 tahun, selain perkembangan fisik, perkembangan
ketrampilan motorik, perkembangan pengertian (kognitif), dan perkembangan
bahasa, proses sosialisasi yang dialami anak akan mempengaruhi berkembangnya kepribadian anak.
Pada usia prasekolah ini mulai terjadi apa yang disebut sebgai proses identifikasi yaitu munculnya keyakinan anak bahwa dirinya sama dengan orang lain tertentu, baik dalam tingkah laku maupun perasaan dan nilainilainya. Biasanya identifikasi ini dilekatkan anak pada orang-orang yang mempunyai “daya tarik” tersendiri bagi anak. Tokoh identifikasi pada prasekolah biasanya adalah orang tuanya sendiri, dan dengan proses identifiksai itu anak secara t idak sadar meniru, mngadopsi pola-pola epribadian, motif sikap dan nilai-nilai dari orang-orang yang jadi tokoh identifikasi. Dengan berkembangnya ketrampialn-ketrampilan anak, berkembang pula kemandirian pada anak.
Dari suatu penelitian diungkapkan bahwa kemandirian dan kecapakan anak bisa dicapai bila orang tua bersikap hangat, penuh kasih sayang, membina komunikasi yang baik dengan anaknya, mendorong anak dan selalu merangsang penalaran anak, disamping itu orangtua selalu mengontrol dan menuntut agar anak bertingkah laku sesuai dengan kemampuan yang telah
dicapainya. Dari uraian yang singkat ini jelas perkembangan yang terjadi pada balita.
Pertama tama yang terjadi adaalh perkembangan fisik motorik yang merupakan suatu perkembangan utama yang terjadi pada balita yang terjadi sejak anak dilahirkan. Proses perkembangan fisik dan motorik ini semata-mata ditentukan oleh faktor kematangan biologis. Perkembangan fisik dan motoric pada pertengahan tahun pertama ini diikuti oleh perkembangan ucapanucapan, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial akan mengembangkan bahasa anak. Dilain pihak, interaksi anak dengan lingkungan juga merangsang munculnya pengertian-pengertian, maka terjadilah pengembangan pengertian dan penalaran (kognitif). Keseluruhan dinamika perkembangan ini dengan adanya faktor emosi, akan tampil sebagai kepribadian dengan berbagai mkeanismenya. Gambaran singkat nii menunjukkan bahwa faktor dalam diri anak (faktor biologis, faktor potensi kejiwaan) dan faktor lingkungan (orang tua, masyarakat) saling berinteraksi dan mengembangkan anak.
5. Langkah-langkah apa kiranya yang bisa dilakukan untuk pengembangan
Balita di Indonesia pada umumnya?       
Hingga belakangan ini banyak kegiatan–kegiatan preventif dan kegiatan promotif yang dilakukan dibidang kesehatan ibu anak dan bidang gizi yang diselenggarakan melalui jalur Departemen Kesehatan (Puskesmas), jalur Departemen Dalam Negeri (PKK). Namun belum terlihat adanya gerakan preventif ataupun gerakan promatif yang targetnya adalah pengembangan kesejahteraan jiwa Balita, kecuali gerakan-gerakan sporadic yang sifatnya
individual dan tidak kontinyu.
Menurut hemat penulis, usaha preventif yang berkaitan dengan kesejahteraan jiwa pada umumnya dan kesejahetraan Balita pada khususnya perlu digalakkan karena ternyata banyak keluarga-keluarga dari berbagai lapisan masyarakat yang tidak menyadari pentingnya pengembangan kejiwaan yang optimal karena mereka sangat sibuk/ bersibuk diri dengan masalah-masalah pemenuhan kebutuhan dasar. Ketidak acuhan dan ketidak tahuan ini bisa
mengakitkan cara-cara pengasuhan anak yang keliru sehingga menyebabkan tidak berkembangnya potensi anak atau menyebabkan perkembangan kearah yang keliru.
Beberapa bentuk kegiatan preventif dibidang kesejahteraan jiwa bisa berupa
program bagi Balita yang dilakukan dari rumah ke rumah atau program bagi
Balita yang dilakukan di Pusat-pusat tertentu ( misal : Puskesmas). Kegiatan preventif dan kegiatan promotif yang disarankan adalah :
(1) Program peningkatan pemahaman orang tua mengenai berbagai hal yang
menyangkut kesejahteraan jiwa anak. Ini bisa berupa ceramah-ceramah, program stimulasi pemahaman orangtua.
(2) Program peningkatan ketrampilan berbagai aspek pengasuhan anak yang diberikan pada orang tua.
(3) Program gabungan antara program (1) dan program (2). Dalam menentukan program-program diatas perlu ditentukan secara jelas target apa yang ingin dicapai dalam kegiatan preventif ini dan kemudian direncanakan secara matang langkah-langkah yang perlu diambil.
(4) Program-program yang khusus ditujukan pada Balita. Bisa berupa program-program pengembangan bahasa, program pengembangan kreatifitas dini, program pengembangan kognitif dan lain sebagainya. Namun tidak bisa dihindarkan bahwa keberhasilan program ini ditentukan
oleh sejauh mana orang tua mau berpartisipasi.
(5) Program peningkatan pemahaman mengenai kesejahteraan jiwa Balita
yang ditujukan pada kelompok k(eluarga, masyarakat dan lain
sebagainya).