NAMA : IFADHATUL MUNAWARAH RIZKI
NIM : 20130661057
KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Pada
bayi dan anak sehat makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana
yaitu mengkonsumsi makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan
menelannya, sebagai sumber semua jenis zat-zat gizi yang diperlukan. Makan
merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai
faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, khususnya ibu.
Jika
dilihat dari segi gizi anak, makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan
metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup,
mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Di samping
itu, makan merupakan pendidikan agar anak
terbiasa
kebiasaan makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan
kenikmatan bagi anak maupun bagi pemberinya terutama ibu. Bagi anak makan
merupakan perilaku yang kompleks dengan keterampilan yang harus dipelajari
secara bertahap. Diawali dengan menyusu, kemudian secara bertahap belajar
mengkonsumsi berbagai jenis makanan
tambahan dan
selanjutnya berbagai ragam makanan lain yang biasa dikonsumsi oleh anak maupun
orang dewasa.
Di
samping itu anak belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan
makan, antara
lain pengaturan jadwal waktu makan. Makan yang teratur
diperlukan untuk
membina refleks kebiasaan pada saluran pencernaan agar
lebih siap untuk
menerima, mencerna dan menyerap makanan pada waktuwaktu
tertentu.
PENGERTIAN
KESULITAN MAKAN
Jika
bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau
pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa
disampaikan berbagai macam di antaranya :
- Penerimaan
makanan yang tidak/kurang memuaskan.
- Makan tidak
mau ditelan.
- Makan terlalu
sedikit atau tidak nafsu makan.
- Penolakan atau
melawan pada waktu makan.
- Kebiasaan
makan makanan yang aneh (pika).
- Hanya mau
makan jenis tertentu saja.
- Cepat bosan
terhadap makanan yang disajikan.
- Kelambatan
dalam tingkat keterampilan makan.
- Dan keluhan
lain.
PENYEBAB
KESULITAN MAKAN
Kesulitan
makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan
dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab
kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan
tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama. Faktor
yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu :
1. Faktor
Nutrisi
Berdasarkan
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah
makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :
- Konsumer pasif
: bayi
- Konsumer semi
pasif/semi aktif : anak balita
- Konsumer aktif : anak
sekolah dan remaja
a. Pada bayi
berusia 0 – 1 tahun
Pada
bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan dengan
keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada
mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan
pembinaan/pendidikan makan antara lain :
- Manajemen
pemberian ASI yang kurang benar.
- Usia saat
pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu
dini atau
terlambat.
- Jadwal
pemberian makan yang terlalu ketat.
- Cara pemberian
makan yang kurang tepat.
b. Pada anak
balita usia 1 – 5 tahun
Kesulitan
makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat
berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun,
infestasi cacing
dan sebagainya.
c. Pada anak
sekolah usia 6 – 12 tahun
Pada
usia ini berkurangnya nafsu makan di samping karena sakit juga oleh karena
faktor lain misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau
bermain dan faktor kejiwaan. Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya
pada anak gadis usia
sekitar 10 – 12
tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan
dengan sengaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu
yang didambakan. Sebaliknya mungkin terjadi nafsu makan yang berlebihan yang
mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas.
d. Pada anak
remaja usia 12 – 18 tahun
Kesulitan makan
pada usia ini biasanya karena faktor kejiwaan
(anoreksia nervosa).
2. Faktor
Penyakit / Kelainan Organik
Berbagai
unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga
mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf,
sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau
penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan
atau kesulitan makan, untuk praktisnya
dikelompokkan
menjadi :
a.
Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut
- Kelainan
bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis,
labiognatopaltoschizis,
frenulum lidah yang pendek, makroglossi.
- Penyakit
infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.
- Penyakit
neuromuskuler : paresis/paralisis
b.
Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.
- Kelainan
bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum,
penyakit
Hirschsprung
- Penyakit
infeksi : akut/kronis
- Diare akut,
diare kronis, cacingan
c. Penyakit
infeksi pada umumnya
- Akut : infeksi
saluran pernafasan.
- Kronis :
tuberkolosis paru, malaria.
d.
Penyakit/kelainan non infeksi
Penyakit bawaan
di luar rongga mulut dan saluran cerna :
- Penyakit
jantung bawaan, Sindroma Down.
- Penyakit
neuromuskuler : cerebral palsy.
- Penyakit
keganasan : tumor Willems.
- Penyakit
hematologi : anemia, leukemia.
- Penyakit
metabolik/endokrin : diabetes mellitus.
- Penyakit
kardiovaskuler.
3. Faktor
Gangguan / Kelainan Psikologis
a. Dasar teori
motivasi dengan lingkaran motivasinya
Suatu
kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang
menimbulkan ketidak seimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul
perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau
sebaliknya seseorang
yang di dalam
tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum
membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan. Hal ini sering tidak
disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat
yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan
yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu
keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua
menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
b. Pemaksaan
untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang
kebetulan
tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau
memakan makanan yang mungkin tidak disukai.
c. Anak dalam
kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam,
mual atau muntah
dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.
d. Suasana
keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola
interaksi
antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak
tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan
orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar
dan sebagainya.
DAMPAK KESULITAN
MAKAN
Pada
kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak
menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada
kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan
dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah
zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya
buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A.
Bila hanya mau
minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan
protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).
TATA LAKSANA
MENGATASI KESULITAN MAKAN
Kesulitan
makan merupakan masalah individu anak sehingga upaya mengatasinya juga bersifat
individual tergantung dari beratnya dan faktorfaktor yang menjadi penyebab.
Penatalaksanaan
kesulitan makan yang berat mencakup 3 aspek yaitu :
1. Identifikasi
faktor penyebab
Dapat dengan
anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, bahkan mungkin diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pada keadaan yang berat mungkin penyebabnya tidak hanya satu faktor
(multi faktorial).
2. Evaluasi
tentang faktor dan dampak nutrisi
- Wawancara yang
cermat, khususnya riwayat pengelolaan makan, jenis makanan, jumlah makanan yang
dikonsumsi, makanan yang disukai dan yang tidak, cara dan waktu pemberian
makan, suasana makan dan perilaku makan.
- Pemeriksaan
fisik khusus untuk menilai status gizi.
- Pemeriksaan
penunjang bila diperlukan.
- Pemeriksaan
kejiwaan bila diperlukan.
3. Melakukan
upaya perbaikan
a. Nutrisi
- Memperbaiki
gangguan gizi yang telah terjadi.
- Memperbaiki
kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal
pemberian makan, perilaku dan suasana makan.
- Mengoreksi
keadaan defisiensi gizi yang ditemukan. Sedapat
mungkin
diberikan dalam bentuk makanan, bila tidak mungkin baru diberikan dalam bentuk
obat-obatan.
b. Upaya
mengobati faktor-faktor penyebab
Keberhasilan
mengatasi masalah kesulitan makan juga tergantung kepada keberhasilan upaya mengobati
atau melenyapkan factor penyebab baik faktor organik maupun factor
psikologis/gangguan kejiwaan. Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya
akibat penyakit
stomatitis atau
tuberkulosis akan cepat dapat diatasi. Tetapi untuk kesulitan makan yang berat misalnya
pada gangguan perkembangan neuromuskuler, kelainan bawaan misalnya kelainan
pada bibir sumbing atau celah langit-langit perlu kerjasama dengan keahlian
yang terlibat
di antaranya
ahli bedah, rehabilitasi medik, psikolog, ahli gizi dan sebagainya.
KOMENTAR:
Menurut ada
beberapa pendapat saya yaitu :
1. Kesulitan
makan merupakan gejala ketidak mampuan secara wajar dalam
memenuhi
kebutuhan zat gizi.
2. Penyebab kesulitan
makan mungkin suatu penyakit tetapi mungkin juga
banyak faktor
yang terlibat.
3. Perlu
dilakukan upaya gizi yang sesuai untuk memperbaiki dampak
kesulitan makan
terhadap gangguan tumbuh kembang dan gangguan gizi.
4. Perlu
dilakukan upaya melenyapkan/mengobati penyebabnya.
5. Mungkin diperlukan
pendekatan multi disiplin.